Kamis, 19 Januari 2017

tinctura

Membuat Sediaan Tinctura

Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10% untuk zat berkhasiat keras (Dirjen POM, 1979).
Cara pembuatan tingtur terbagi atas 2 yaitu (Syamsuni, 2005):
  1. Cara Perkolasi
Perkolasi adalah suatu cara penarikan memakai alat yang di sebut  perkolator, yang simplisianya terendam dalam cairan penyari dimana zat-zatnya terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan keluar memenuhi syarat-syarat dalam Farmakope. Campur dengan hati-hati serbuk bahan obat atau campuran bahan obat dengan pelarut atau campuran pelarut tertentu secukupnya hingga rata dan cukup basah, biarkan selama 15 menit. Pindahkan kedalam  perkolator yang sesuai dan mampatkan. Tuangkan pelarut atau campuran pelarut tertentu secukupnya sampai terendam seluruhnya, tutup bagian atas perkolator dan jika cairan sudah hampir menetes dari  perkolator, tutup lubang bawah. Perkolasi dilakukan selama 24 jam atau sesuai dengan waktu yang tertera pada monografi. Jika penetapan kadar tidak dinyatakan lain, lakukan perkolasi secara perlahan atau pada kecepatan yang telah ditentukan, dan secara bertahap tambahkan  pelarut atau campuran pelarut secukupnya hingga diperoleh 1000 mL tingtur. Prinsip kerja perkolasi yaitu serbuk simplisia ditempatkan dalam  bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut. Cairan  penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapa keadaan jenuh (Syamsuni, 2005).
Perkolasi, kecuali dinyatakan lain sebagai berikut (Syamsuni, 2005) :
  1. Basahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok menggunakan 2,5-5 bagian cairan penyari, masukkan kedalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam  pindahkan massa sedikit demi sedikit dalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, tuangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes, dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam.
  2. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 mL per menit, tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia sehingga diperoleh 80 bagian perkolat.
  3. Peras massa, campurkan cairan perasan kedalam perkolat, tambahkan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100  bagian. Pindahkan kedalam bejana, tutup, biarkan selama 2 hari ditempat sejuk terlindung dari cahaya.
  4. Cara Maserasi
Maserasi adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari pada suhu biasanya 15-25° C. maserasi juga merupakan proses pendahuluan untuk  pembuatan secara perkolasi. Prinsip kerja maserasi adalah pencucian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya. Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebu berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan di dalam sel. Maserasi bahan obat dengan 750 mL pelarut atau campuran pelarut tertentu dalam wadah yang dapat ditutup, letakkan ditempat hangat. Diamkan selama 3 hari sambil dikocok sesekali atau hingga terlarut. Pindahkan campuran kedalam penyaring, dan jika sebagian besar cairan telah mengalir keluar, cuci residu pada penyaring dengan sejumlah  pelarut atau campuran pelarut tertentu secukupnya hingga diperoleh 1000 mL tingtur. Tingtur harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya, jauhkan dari cahaya matahari langsung dan panas yang  berlebihan. Menurut literatur lain, tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara perkolasi atau maserasi simplisia nabati atau hewani, atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10% zat berkhasiat keras (Syamsuni, 2005).
Maserasi, kecuali dinyatakan lain dilakukan sebagai berikut (Syamsuni, 2005) :
  1. Masukkan 20 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok kedalam sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil diaduk, lalu diperas. Cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian.
  2. Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari. Tuangkan dan saring.
Tingtur dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu sebagai  berikut (Syamsuni, 2005) :
  1. Tingtur Asli adalah tingtur yang dibuat secara maserasi atau  perkolasi. Contoh: Tingtur yang dibuat secara maserasi; Opii Tinctura, Valerianae Tinctura, Capsici Tinctura, Myrrhae Tinctura, Opii Aromatica Tinctura, Polygalae Tinctura . Tingtur yang dibuat secara perkolasi, contoh: Belladonae Tinctura, Cinnamomi Tinctura, Digitalis Tinctura, Lobeliae Tinctura, Strychnini Tinctura, Ipecacuanhae Tinctura.
  2. Tingtur Tidak Asli (Palsu) adalah tingtur yang dibuat dengan jalan melarutkan bahan dasar atau bahan kimia dalam cairan pelarut tertentu. Contoh: Iodii Tinctura, Secalis Cornuti Tinctura.
  3. Tingtur Keras adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10 % simplisia yang berkhasiat keras. Contoh: Belladonae Tinctura, Digitalis Tinctura, Opii Tinctura, Lobeliae Tinctura, Stramonii Tinctura, Strychnin Tinctura, Ipecacuanhae Tinctura.
  4. Tingtur Lemah adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20 % simplisia yang tidak berkhasiat keras. Contoh: Cinnamomi Tinctura, Valerianae Tinctura, Polygalae Tinctura, Myrrhae Tinctura.
  5. Tingtur Lain Berdasarkan Cairan Penariknya.
  6. Tingtura Aetherea, jika cairan penariknya adalah aether atau campuran aether dengan aethanol. Contoh: Tingtura Valerianae Aetherea.
  7. Tingtura Vinosa, jika cairan yang dipakai adalah campuran anggur dengan aethanol. Contoh: Tinctura Rhei Vinosa (Vinum Rhei).
  8. Tinctura Acida, jika ke dalam aethanol yang dipakai sebagai cairan penarik ditambahkan suatu asam sulfat. Contoh: pada  pembuatan Tinctura Acida Aromatica.
  9. Tinctura Aquosa, jika sebagai cairan penarik dipakai air, contoh: Tinctura Rhei Aquosa.
  10. Tinctura Composita, adalah tingtur yang didapatkan dari jika  penarikan dilakukan dengan cairan penarik selain aethanol hal ini harus dinyatakan pada nama tingtur tersebut, misalnya campuran simplisia, contoh: Tinctura Chinae Composita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar